Friday, September 05, 2008


ombaklah yang menghantar kita menuju pantai nan damai
gemuruhnya telah mendewasakan kita saat sampai di tepi pantai, memecah karang, memberikan harapan pada kesunyian

ombaklah yang menghantar kita hingga di sini,
melewati berbagai rintangan dan berbagai harapan semu

dan di pantai, saat kita sudah kian lelah dihantar ombak, kita terdiam dalam kesunyian, tak saling menyapa dan hanya membiarkan mata kita yang saling bicara
tentang ombak yang membawa kita, tentang gemuruh di hati kita, tentang harapan.....
ya, harapan yang tak kunjung padam

harapan yang selalu membuat kita ada.....

Monday, May 26, 2008

membaca di(plomasi)puisi

alangkah indah satu puisi dirangkai dan dibacakan, tanpa batas usia, tanpa batas ras, tanpa batas gender, tanpa batas apapun jua.....

bahkan kala semua orang di satu ruangan tak mengerti bahasa dan makna puisinya, tetap saja keindahan dihirup juga olehnya.....

andai diplomasi seperti puisi, keindahannya dihirup siapa saja yang ada didalamnya,
pembacanya, pendengarnya, penikmatnya.....

oh alangkah indah dunia bila semua menikmati keindahan diplomasi tanpa batas apapun jua......
dan semua orang memahami keindahannya, dan semua yang menjalaninya teracuni oleh keindahannya

karena tak ada puisi yang menghakimi, tentunya tidak ada pula diplomasi
karena keindahan puisi digemakan pembaca puisi, andai ada pembaca diplomasi menyuarakan keindahan dunia ini........

100 tahun kebangkitan nasional

Dan kita....
selalu berkutat dalam kejemuan akan keterbatasan kita,
selalu tenggelam dalam orasi keburukan kita sendiri,
selalu berlari mengejar mimpi yang telah diraih bangsa lain.
Bukan mimpi nenek moyang kita, bukan pula harapan yang ditinggalkannya kepada kita

Dan kita sebagai bangsa
Tidak jua memberi makna pada hidup kita,
Tidak juga bersyukur atas kekayaan yang tiada tara,
Belum juga tergerak untuk sepenuhnya menghargai apa yang diwariskan para pendiri bangsa

Mari coba kita renungkan….
20 Mei 1908,
Ada kebangkitan di lubuk jiwa pemuda Indonesia untuk bersatu, bergerak melawan penindasan atas bangsanya
20 Mei 1998,
Ada kebangkitan yang berbalut kemarahan, keputusasaan untuk mendobrak penindasan rezim atas bangsanya sendiri,
20 Mei 08, seratus tahun sudah semangat kebangkitan menjadi bangsa menyentuh jiwa pemuda Indonesia,

Apakah semangat kebangkitan menyusup di hati kita, menyatu di aliran darah kita, menggema di dinding otak kita?
Dan apakah kita sudah tergerak bangkit untuk
menjadi lebih arif memberi arti pada kebangsaan,
menjadi lebih bijak untuk turut tergerak membangun dan berhenti menghujat,
menjadi lebih bermakna tanpa banyak retorika

Indonesia.....
adalah sang ibu pertiwi yang tak pernah mengeluh seberapapun banyaknya diekploitasi,
Ibu pertiwi yang tak pernah menuntut balasan apapun atas apa yang kita dapatkan darinya,
Namun saat bangsa ini mulai tercerai berai, sang ibu yang mulai tua dan menjadi sangat sedih,

terguncang dengan hebat di Aceh, Padang dan Jogjakarta,
terbatuk-batuk di puncak merapi
dan kesedihan yang memuncak mengalirkan air mata berwarna hitam pekat di sidoarjo

Setelah seratus tahun sudah semangat kebangkitan menjadi bangsa menyentuh jiwa pemuda Indonesia,
Akan kah kita mulai tergerak untuk memberi makna pada bangsa kita?
Akan kah kita mulai melakukan apa yang kita bisa untuk memberi meskipun hanya sebuah mimpi?

Dan dari jauh,
barangkali kita bisa buat Indonesia tersenyum sejenak dan berhenti bersedih,
dengan menorehkan sejuta harapan anak bangsa melalui untaian kata seribu doa
semoga menjadi nyata kapan saja waktunya.......

semoga dengan pengharapan tulus kebangkitan itu menggema di jiwa kita
untuk Indonesia yang lebih baik,
untuk Indonesia yang kaya raya,
untuk Indonesia yang bersatu padu dan bangsa saling menghargai,

Setelah seratus tahun sudah semangat kebangkitan menjadi bangsa menyentuh jiwa pemuda Indonesia,

adakah kebangkitan di jiwa kita?

singapore, 20 mei 2008

Wednesday, January 30, 2008

matinya sebuah keajaiban

pada hari keduapuluhtujuhtahunduaribudelapan.........

sesaat setelah kejaiban itu dinyatakan sudah sangat tua dan sudah tiba waktunya untuk kembali ke hadapan yang kuasa,
jadi pada saat itu sang keajaiban itupun mati, meninggalkan jutaan caci maki dan ratusan juta pujian dan tanda jasa....

sudahkah kita menjadi arif pada diri kita sendiri untuk menjadi pelupa akan keburukan orang dan hanya mengingat kebaikan yang ia perbuat.....

sugeng sare, selamat beristirahat untuk keajaiban yang telah memberi banyak nafas kepada orang-orang tersayang. selamat jalan.......

pancasila ada lima rupa-rupa warnanya......

Wednesday, January 23, 2008

pada akhirnya.........



hari keduapuluhsekian bulan kesatu tahun kedelapan pada millenium ketiga, aku menyapamu seperti biasanya dengan mata berbinar, engkau pun membalas sapaanku lalu sebagaimana biasa kita bercakap seolah kita tidak bercakap selama bertahun lamanya.



lalu pada satu saat kau memulai topik baru yang membuatku terhenyak dan tersadar bahwa percakapan kita selama ini tidaklah sesuatu yang nyata. kau memulainya dengan berkata bahwa ada seseorang yang menyukaimu dan sepertinya kau tak kuasa menolaknya. tanpa kau tahu, mata berbinarku menjadi redup dan dadaku rasanya mulai sesak untuk menghirup oksigen.



apabila semua memang sudah mendapatkan pengaturan yang sempurna dari Tuhan, pastilah semuanya berada dalam keindahan yang sempurna dan seimbang. selanjutnya, akan menjadi berkah bagi siapa saja yang hidup di dunia dan menjalaninya. dan aku dan engkau adalah bagian dari pengaturan itu, dari kesempurnaan yang indah itu. jadi mengapa menjadi sesak dadaku dan mengapa menjadi redup binar di mataku? semua karena aku adalah manusia biasa yang tumbuh besar dari seonggok daging, dari setetes air yang membatalkan wudhu.



waktu adalah raja yang tak terkalahkan oleh siapapun di dunia sehingga kebijaksanaan yang mulia adalah meletakkan semua sifat manusiawi yang ada dan kemudian mendekat kepada status hening sehingga dapat lebih memahami keputusan Khalik yang dengan kuasaNya mengatur makhluk.

barangkali aku selama ini telah memahamimu ternyata aku hanya mengambil satu sudut saja dari banyak sisi yang harus diperhatikan untuk menjadi paham akan dirimu. lalu seseorang yang tak tampak dan selalu berada di sampingku berkata, liatlah bagaimana rasa itu menggelapkan mata. lalu ketika mata itu menjadi terang pada situasi yang tidak diinginkan, binar mata menjadi redup dan dada menjadi sesak. karena kita adalah makhluk yang tidak bisa menerima titah tanpa sekalipun melanggarnya, lihat bagaimana adam turun ke dunia. jadi sudah sewajarnya kalau aku meratapinya, tapi sudah sepantasnya kau mengembangkan sayapmu merengkuh dunia yang semestinya sudah kau nikmati bertahun tahun yang lalu.

jadi pada akhirnya, aku menyerah pada kenyataan dan perlahan mulai menghentikan mimpi yang selalu ada di benakku karena mimpimu sudah kau rengkuh sementara mimpi kita terlalu absurd.

bagi burung-burung yang terbang lepas di tengah kerumunan manusia di orchad road yang memberi inspirasi, jangan kau genggam burung itu begitu erat meski karena sayang karena sang burung pasti memimpikan terbang.............